Beberapa
sektor yang paling terdampak serius akibat pandemi ini diantaranya:
- UMKM: UMKM macet (banyak pengusaha yg harus merumahkan bahkan PHK karyawannya
karena penurunan pendapatan sementara harus tetap menggaji karyawan )
- Pariwisata:
tempat wisata ditutup (pelaku wisata di industri pariwisata macet: penjual,
pemilik wisata, usaha transportasi, dsb.)
- Perdagangan:
pusat perbelanjaan besar ditutup, banyak karyawan dirumahkan
- Usaha
transportasi: pemilik usaha rental kendaraan, bis antar kota, sopir, dsb
macet karena jumlah penumpang turun drastis
- dan sektor lain-lain
Lalu, berbicara dampak
Covid-19 ini tidak hanya berpengaruh pada sosial masyarakat saja, namun juga
pada indikator makro. Berikut ini tiga instrumen yang merepresentasikan
perekonomian makro, yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
harga emas, dan nilai kurs rupiah:
a.
Indeks Harga Saham
Gabungan
Tren IHSG dalam kurun satu bulan terakhir cenderung menurun,
ditandai dengan warna merah pada indeks. Penurunan yang cukup signifikan hingga
35% ini menandakan bahwa pasar saham sedang mengalami penurunan.
Hal ini terjadi karena investor menganggap
perekonomian sedang dalam keadaan tidak aman yang kemudian berdampak pada
penarikan investasi secara besar-besaran pada pasar modal. Penarikan
inilah yang mengakibatkan
menurunnya indeks harga saham gabungan Indonesia
secara masif.
b.
Harga Emas
Grafik tersebut menunjukan harga emas per gram pada akhir bulan Febriari sampai Maret. Diketahui
bahwa harga saham cenderung
berfluktuasi dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Hal ini disinyalir karena
masyarakat atau investor berusaha mencari aset atau
investasi yang cenderung aman pada kondisi Covid-19 ini yang pilihannya jatuh
kepada emas. Tingginya minat masyarakat ini menyebabkan permintaan emas
menjadi meningkat yang akhirnya menyebabkan melambungnya harga emas pada
beberapa waktu terakhir hingga sempat menembus
harga Rp850.000,-/gram.
a.
Kurs Mata Uang
Grafik tersebut menunjukan Kurs Dolar pada bulan Maret. Kurs mata uang Dolar
mengalami tren penguatan dan mata uang Rupiah mengalami pelemahan. Alasan
dibalik adanya tren ini adalah isu Covid-19. Hal
ini terjadi karena investor merasa bahwa investasi pada aset dengan mata uang Rupiah
dinilai cukup berisiko.
Oleh karena itu,
investor mencari aset dengan mata uang yang lebih likuid dan lebih rendah
risikonya, yang pilihannya jatuh pada mata uang Dolar. Hal ini membuat
permintaan Dolar meningkat dan akhirnya membuat kurs mata uang Dollar menguat
yang sekaligus menyebabkan mata uang Rupiah melemah hingga menembus Rp16.000,-
dan diprediksi akan mencapai Rp17.000,-.
0 comments:
Post a Comment